Tuesday, February 20, 2018

Black Panther, Hadir dengan Visualisasi Menawan dan Tema yang Berbeda

“I have seen gods fly. I have seen men build weapons that I couldn’t even imagine. I have seen aliens drop from the sky. But, I have never seen anything like this. How much more are you hiding?” – Everett Ross.

Film Superhero pertama di awal tahun ini akhirnya tayang juga, setelah kehadirannya  ditunggu-tunggu sejak tahun lalu. Karakter Raja T’Challa yang sempat muncul pada film Captain America: The Civil War (2016) ini memang mengundang misteri sekaligus kekaguman. Tokoh yang dianggap sebagai penengah kedua kubu yang bertikai di film itu ternyata menyisakan bagaimana latar belakang sesungguhnya dari superhero berkulit hitam ini.

Dan di film Black Panther ini semuanya terjawab dari awal. Tokoh yang pertama kali muncul di komik pada tahun 1966 ini memang tak banyak dikenal oleh orang awam. Namun dengan mengandalkan formula ala Marvel, tokoh ini bisa mendapat porsinya sendiri dengan garapan serius, yang memadukan aksi pertarungan dengan adegan humor di sana sini.

Namun, film ini bagaikan memiliki kasta tersendiri yang menolak untuk mencampurkan diri dengan film-film superhero lainnya. Film ini bagaikan menyibak lembaran baru dari Marvel Cinematic Universe yang belum pernah terjamah sebelumnya.



Untuk sebuah film yang berisikan sebuah permasalahan kenegaraan (atau kerajaan), Chillers mungkin mengira bahwa film Black Panther secara keseluruhan akan merupakan sebuah film yang sangat serius. Memang, sebagian dari film ini terkesan sangat serius, namun di sisi lain, film ini juga merupakan sebuah film yang sangat menyenangkan. Dalam film ini, Chillers akan menyaksikan berbagai aksi pertarungan yang keran, lengkap dengan gadget canggih dan kostum superhero yang lumayan fenomenal.


Dengan kata lain, secara garis besar, film Black Panther merupakan sebuah film yang sangat menawan, lengkap dengan gaya visual yang khas. Film ini bagaikan sebuah pernyataan dari kemampuan sutradara Ryan Coogler dalam menggabungkan berbagai macam elemen di dalamnya dan mengemasnya secara apik.




Satu hal yang membedakan Black Panther aka Raja T’Challa dari Wakanda dari superhero Marvel lainnya, adalah usaha T’Challa untuk menjaga dan mengukuhkan nama Black Panther yang disandangnya. Hal tersebut merupakan suatu hal yang lumayan langka, mengingat umumnya dalam film solo pertama, para superhero memiliki suatu ‘tugas’ mulia untuk membuktikan ke-superhero-annya.

Alih-alih berusaha menyelamatkan dunia, film Black Panther lebih banyak berkisah mengenai pelajaran hidup yang dipelajari oleh T’Challa, di mana hal tersebut sekaligus mengokohkan kedudukannya sebagai Raja Wakanda dan seorang Black Panther. Bukan berarti T’Challa tidak memiliki kemampuan untuk memimpin atau belum pernah menjadi Black Panther sebelumnya. Namun ternyata mengemban tugas sebagai Black Panther sekaligus Raja Wakanda, merupakan sebuah tanggung jawab yang sangat besar.



Nah, perjalanan T’Challa dalam mengemban tanggung jawab itulah yang akan dipaparkan dalam film ini. Bagaimanapun, dengan kekuatan yang besar, maka akan ada tanggung jawab besar pula yang harus dipikul. Dan jika Chillers memiliki kekuatan untuk membantu orang atau negara lain, bukankah secara tidak langsung Chillers juga memiliki kewajiban moral untuk menolong yang membutuhkan?

Dalam hal ini, T’Challa mendapat perlawanan keras dari Erik “Killmonger” Stevens, yang diperankan dengan sangat piawainya oleh Michael B. Jordan. Jika X-Men memiliki Magneto sebagai musuh bebuyutan, Killmonger bisa dikatakan sebagai sosok yang sama sekali berbeda dari karakter protagonis sang superhero. Dendam masa lalu, membuat Killmonger bertingkah laku kejam dan ekstrim dalam melakukan berbagai hal.



Berbeda dengan T’Challa yang berusaha menjaga tradisi, kemajuan teknologi Wakanda, serta Vibranium, dari jangkauan dunia luar, Killmonger berusaha keras untuk memberikan keadilan bagi seluruh orang yang tertindas, meski harus dengan cara menyebarkan kemajuan teknologi Wakanda dan Vibranium-nya ke dunia luar. Dan hal tersebutlah yang membuat karakter Killmonger begitu menyentuh serta dapat membuat Chillers menaruh simpati padanya.

Dari kisah Killmonger, Chillers dapat menyaksikan permasalahan dunia yang dihadapi oleh Black Panther, di mana isolasi merupakan kata kuncinya. Termasuk di dalamnya adalah perbedaan kelas yang mencolok, keadilan sosial, dan warisan dari sebuah budaya kolonialisme. Dengan kata lain, permasalahan yang diangkat dalam film Black Panther merupakan sebuah permasalahan serius yang bisa jadi akan menjadi fondasi dari instalasi-instalasi Marvel selanjutnya.



Mesi hampir dari segala hal film Black Panther sama sekali tak tercela, namun bukan berarti film ini hadir tanpa cacat sedikitpun. Adegan-adegan awal dalam film ini terasa berjalan lumayan lamban dan fasenya baru mulai meningkat setelah T’Challa dan kawan-kawannya beraksi di Busan, Korea Selatan. Namun secara keseluruhan, film Black Panther merupakan sebuah film yang menyenangkan dan lumayan emosional.

Dari segi jajaran pemainnya, Ryan Coogler benar-benar berhasil mengumpulkan bintang-bintang yang spektakuler. Letitia Wright tampil sangat memukau sebagai Shuri, adik dari T’Challa, dan berhasil mencuri perhatian di setiap adegannya. Karakter Shuri yang diperankannya, bukan saja seorang ahli teknologi yang jenius, namun juga seorang adik yang sangat dekat dan menyayangi kakaknya. Ada pula Danai Gurira yang berperan sangat menakjubkan sebagai Okoye, kapten dari Dora Milaje, pasukan khusus yang melindungi anggota kerajaan Wakanda. Selain itu, masih ada Lupita Nyong’o yang berperan sebagai Nakia, mantan kekasih T’Challa, sekaligus mata-mata kerajaan Wakanda.



Tidak berhenti hanya sampai di situ, masih ada Winston Duke yang berperan dengan sangat apiknya sebagai M’Baku. Juga aktor nominasi Piala Oscar, Daniel Kaluuya yang mendapatkan peran kecil namun lumayan penting sebagai W’Kabi. Jangan lupakan pula Andy Serkis, yang dapat lumayan mencuri perhatian dalam perannya sebagai Ulysses Klaue, lengkap dengan senjata sonic blaster yang terpasang pada lengannya. Sebagai bumbu penyedap, masih ada Martin Freeman yang berperan sebagai agen CIA, Everett Ross, di mana peran yang dibawakannya dapat membuat beberapa adegan terasa lebih bermakna.

Di bagian desain produksi dan desain kostum, film Black Panther seakan hadir tanpa cela sama sekali. Semuanya terlihat begitu indah dan menawan. Setiap suku yang berada dalam kerajaan Wakanda pun terlihat begitu khas dan memiliki ciri yang sangat spesifik. Sedangkan untuk Kerajaan Wakanda sendiri, Chillers seakan menyaksikan sebuah tempat yang sangat indah dan penuh dengan kemajuan taknologi, namun juga dipenuhi dengan suku-suku tradisional yang dapat membaur menjadi satu. Dengan kata lain, sebagai sebuah lokasi, Wakanda merupakan sebuah kerajaan yang tervisualisasikan secara menawan dan menakjubkan.


Film Black Panther telah dengan sangat berhasil menjalin dan memaparkan sebuah kisah aksi petualangan yang dipadukan dengan permasalahan politik dan budaya. Dipenuhi dengan jajaran bintang berkelas yang sangat piawai memerankan karakternya, bisa dipastikan film ini akan dapat membuat Chillers terpesona saat menyaksikannya. Seperti halnya film-film Marvel yang lain, jangan lewatkan dua scene tambahan setelah film berakhir dan setelah ending credit.
https://youtu.be/xjDjIWPwcPU

No comments:

Post a Comment